Pulau Sumatera merupakan salah satu pulau besar di Indonesia. Berdasarkan administrasi Republik Indonesia, pulau Sumatera terbagi menjadi sepuluh provinsi yaitu : Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau (gugusan kepulauan lepas pantai provinsi Riau), Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung (pulau-pulau di lepas pantai provinsi Sumatera Selatan), dan Lampung.
Melayu Asahan, terutama mendiami pesisir, tepian sungai Asahan bagian hilir dan sungai Silau bagian hilir di kabupaten Asahan dan kota Tanjung Balai, Sumatera Utara. Dulu mereka merupakan rakyat kesultanan Asahan yang berkedudukan di Tanjung Balai.
Melayu di Labuhanbatu Utara, terutama mendiami tepian sungai Kualuh bagian hilir hingga muaranya di kabupaten Labuhan Batu Utara, Sumatera Utara. Mereka juga dikenal sebagai masyarakat Melayu Kualuh dan dulunya merupakan rakyat kesultanan Kualuh yang berkedudukan di Tanjung Pasir.
Melayu di Labuhanbatu, terutama mendiami tepian sungai Bilah bagian hilir hingga muaranya (dikenal sebagai orang Melayu Bilah) dan tepian sungai Panai (sungai Barumun bagian hilir) hingga muaranya serta pesisir kabupaten Labuhanbatu, Sumatera Utara (mereka dikenal sebagai orang Melayu Panai). Dulu mereka merupakan rakyat kesultanan Bilah yang berkedudukan di Negeri Lama dan kesultanan Panai yang berkedudukan di Labuhan Bilik.
Melayu di Labuhanbatu Selatan atau dikenal sebagai orang Melayu Kota Pinang, terutama mendiami tepian sungai Barumun bagian tengah di kabupaten Labuhanbatu Selatan, Sumatera Utara. Dulu mereka merupakan rakyat kesultanan Kota Pinang yang berkedudukan di Kota Pinang.
Mereka semua berbahasa Melayu dengan ciri berakhiran "o" (Apo), namun juga ada yang berakhiran "a" (Apa).
4. Melayu di Rokan Hilir (Riau)
Melayu di Rokan Hilir, terutama mendiami pesisir dan tepian sungai di kabupaten Rokan Hilir, Riau. Dulu mereka merupakan rakyat kesultanan Siak. Melayu Rokan Hilir terbagi kedalam tiga negeri asal mereka yaitu Kubu di pesisir dan tepian sungai Kubu. Bangko di pesisir, tepian sungai Bangko dan hilir hingga muara sungai Rokan serta sungai lainnya. Tanah Putih di tepian hilir sungai Rokan sebelum Bangko.
5. Melayu di Dumai, Bengkalis, Siak, kepulauan Meranti, dan Pelalawan (Riau)
terutama mendiami pesisir, tepian sungai, dan pulau-pulau di lepas pantai daratan Riau dalam kabupaten Bengkalis, lalu di tepian sungai Siak dari kota Pekan Baru hingga muaranya, dan tepian sungai lainnya serta di pesisir kabupaten Siak hingga kepulauan Meranti (pulau Merbau, Rangsang, Tebing Tinggi, dan sekitarnya) di lepas pantai kabupaten Siak, serta di tepian sungai Kampar dalam kabupaten Pelalawan. Masyarakat Melayu Dumai, Bengkalis, Siak, dan kepulauan Meranti dulu merupakan rakyat kesultanan Siak, sedangkan masyarakat Melayu tepian sungai Kampar (Pelalawan) dulunya merupakan rakyat kesultanan Pelalawan. Mereka berbahasa Melayu berakhiran "o" (Apo), namun juga ada yang berakhiran "e pepet" (Ape Upin Ipin) di sebagian Bengkalis dan sebagian Meranti).
Melayu pesisir Pelalawan, terutama mendiami kuala sungai Kampar, pesisir serta pulau-pulau di sekitarnya di kabupaten Pelalawan, Riau. Dulu mereka juga merupakan rakyat kesultanan Pelalawan yang berkedudukan di Pangkalan Kerinci. Dialek Melayu di pesisir Pelalawan dan pulau-pulau disekitarnya sama dengan dialek Melayu dari kepulauan Riau yang berakhiran "e pepet" (Ape Upin Ipin).
6. Melayu Indragiri (Riau)
Terutama mendiami tepian sungai Indragiri hingga muaranya dan sungai-sungai lainnya serta di pesisir, meliputi kabupaten Indragiri Hulu dan Indragiri Hilir, Riau. Dulu mereka merupakan rakyat kesultanan Indragiri yang berkedudukan di Rengat. Mereka berbahasa Melayu berakhiran "e pepet" (Ape Upin Ipin), juga ada yang berakhiran "o", di bagian selatan Indragiri Hilir.
7. Melayu Riau di provinsi kepulauan Riau
Mendiami kepulauan Karimun, kepulauan Batam, kepulauan Bintan, kepulauan Lingga, serta kepulauan Anambas dan Natuna. Dulu mereka merupakan rakyat kesultanan Riau-Lingga yang berkedudukan di Daik, Lingga. Mereka berbahasa Melayu berakhiran "e pepet" (Ape Upin Ipin).
8. Melayu di Pesisir Jambi atau dikenal sebagai orang Melayu Timur
Mereka mendiami pesisir kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Tanjung Jabung Timur, provinsi Jambi. Mereka juga mendiami pesisir Indragiri Hilir, Riau. Mereka berbahasa Melayu berakhiran "e pepet" (Ape Upin Ipin).
6. Melayu Belitung
Mereka mendiami pulau Belitung provinsi Bangka Belitung. Mereka berbahasa Melayu berakhiran "e pepet" (Ape Upin Ipin).
Pulau Sumatera didiami oleh beragam suku/etnis dengan budaya dan bahasa mereka masing-masing. Secara garis besar, berdasarkan kedekatan bahasanya, suku/etnis yang mendiami pulau Sumatera yaitu : suku Aceh (provinsi Aceh), Melayu dan kerabatnya (provinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan, dan Bangka Belitung), Batak dan kerabatnya (Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau), Rejang (provinsi Bengkulu dan Sumatera Selatan), Lampung dan kerabatnya (Lampung dan Sumatera Selatan).
* Batak dan kerabatnya terdiri dari suku Batak Toba, Karo, Pakpak, Simalungun, Angkola, dan Mandailing juga Alas dan Kluet.
* Melayu terdiri dari Melayu di pesisir timur Sumatera (Melayu Temiang, Melayu di pesisir timur Sumatera Utara, Melayu di pesisir dan kepulauan Riau, dan Melayu di pesisir provinsi Jambi), lalu Melayu Bangka, Melayu Belitung, Minangkabau, Aneuk Jamee, Pasisi, Ulu, Lubu/Siladang, Penghulu, Melayu Jambi, Batin, Kerinci, Pekal, Lembak, Kaur, Melayu di Sumatera bagian Selatan (Pindah, Rawas, Musi, Belida, Melayu Palembang, Melayu Banyuasin, Penesak, Pegagan, Lintang, Kikim, Besemah, Semidang, Gumai, Rambang, Ogan, Semende, Kisam, Melayu Bengkulu, Serawai, dll). Suku-suku lain yang masih kerabat suku Melayu adalah suku Bonai, Sakai, Akik, Talang Mamak, Duano, suku Laut, Anak Dalam, Sekak dan Lom. Biasanya di Indonesia, yang lebih populer disebut sebagai orang Melayu adalah orang Melayu di pesisir timur Sumatera. Ini disebabkan karena mereka melekatkan nama "Melayu" di suku mereka diikuti nama daerah asal mereka (contohnya, Melayu Deli, Melayu Riau, dan lain-lain), serta budaya mereka yang merupakan budaya Melayu warisan kesultanan Melaka lalu kesultanan Johor-Riau. Orang Minangkabau, Kerinci, dan lain-lainnya juga masih keluarga besar Melayu (dikenal sebagai suku serumpun Melayu), walaupun sehari-hari tidak menyematkan kata "Melayu" dalam nama komunitas etnis mereka.
* Lampung terdiri dari suku Lampung, Merpas, Ranau, Daya, Kayuagung, Komering, dan Haji.
* Sedangkan suku-suku lain nya ada Simolol-Devayan, Sigulai, dan Lekon (pulau Simeulue, Aceh), Haloban (kepulauan Banyak, Aceh), Gayo (Aceh), Nias (pulau Nias, Sumatera Utara), Mentawai (kepulauan Mentawai, Sumatera Barat), Nasal (Kaur, Bengkulu), dan Enggano (pulau Enggano, Bengkulu).
Suku Melayu di Sumatera
Suku Melayu di Sumatera beradat Patrilineal (menarik garis keturunan dari ayah) atau Parental (menarik garis keturunan dari ayah/ibu). Mereka terutama mendiami pesisir timur Sumatera, tepian sungai-sungai besar yang bermuara ke pesisir timur Sumatera (bagian hilir hingga muara), kepulauan lepas pantai timur Sumatera juga beberapa kawasan pantai barat Sumatera. Rumpun Melayu beradat Matrilineal (menarik garis keturunan dari ibu) mendiami dataran tinggi Sumatera bagian tengah, pesisir barat Sumatera bagian tengah, juga tepian sungai-sungai besar di Sumatera bagian tengah yang bermuara ke pesisir timur Sumatera (tidak sampai ke muara).
Masyarakat Melayu dan serumpun Melayu yang beradat Patrilineal atau Parental yaitu masyarakat Melayu di pesisir timur Sumatera (Melayu Temiang, Melayu di pesisir timur Sumatera Utara, Melayu di pesisir dan kepulauan Riau, Melayu di pesisir provinsi Jambi), Aneuk Jamee, Pasisi, Melayu Jambi, Melayu di Sumatera bagian Selatan, Melayu Bangka, Melayu Belitung, Lembak, Kaur, Pekal.
Masyarakat serumpun Melayu yang beradat Matrilineal yaitu masyarakat Minangkabau, Kerinci, Batin, dan Penghulu.
Diantara suku-suku rumpun Melayu yang Matrilinenal, hanya suku Minangkabau yang terbagi kedalam klan/marga (bahasa Minang : suku). Klan-klan ini diturunkan melalui garis ibu. Ibu dari klan Piliang, maka seluruh anak-anaknya berklan Piliang. Terdapat banyak klan dalam masyarakat Minangkabau, diantaranya : Koto, Piliang, Bodi, Caniago, Sikumbang, Jambak, Malayu/Molayu/Mulayu, Mandailiang/Mandailiong/Moniliang/Muniliang, Pitopang/Patopang/Patapang/Putopang, Guci, Kuti, Bonuo, Ampu, Kandang Kopuah/Kanang Kopoh/Kandang Kopuoh, Maih, Pungkuik, Soborang, Bendang, Kampai, Panai, Tanjuang, Panyalai, Domo, Caromin, Payobada/Piabada/Pibodegh, dan lain-lain. Suku Penghulu, Kerinci, dan Batin, walau juga matrilineal, tetapi mereka tidak memiliki klan seperti Minangkabau.
Melayu di pesisir timur Sumatera
Yaitu masyarakat Melayu yang mendiami sepanjang pesisir timur pulau Sumatera, dimulai dari kabupaten Aceh Tamiang di utara hingga kabupaten Tanjung Jabung Timur. Dari tepian sungai-sungai besar yang bermuara ke pantai timur Sumatera (bagian hilir sampai muara) hingga kepulauan lepas pantai timur Sumatera. Suku Melayu di pesisir timur Sumatera ini terdiri dari Melayu Temiang, Melayu di pesisir timur Sumatera Utara (Melayu di Langkat, Deli Serdang, Serdang Bedagai, Batu Bara, Asahan, Labuhanbatu Utara, Labuhanbatu, dan Labuhanbatu Selatan), Melayu di pesisir dan kepulauan Riau (Melayu di pesisir Rokan Hilir, Dumai, Bengkalis, Siak, kepulauan Meranti, Pelalawan, Indragiri Hulu dan Hilir, Karimun, Lingga, Batam, Bintan, Anambas dan Natuna, dan pulau-pulau lain di sekitarnya), Melayu di pesisir provinsi Jambi, dan Melayu Belitung. Berdasarkan klasifikasi ethnologue, bahasa yang dituturkan masyarakat Melayu di pesisir timur Sumatera dianggap masih satu bahasa yaitu bahasa Melayu dengan kode bahasa zlm.
1. Melayu Temiang (provinsi Aceh)
Terutama mendiami pesisir dan tepian sungai di kabupaten Aceh Tamiang, Aceh. Mereka berbahasa Melayu dialek Temiang hulu berakhiran "o" (Apo) dan Temiang hilir berakhiran "e pepet" (Ape Upin Ipin).
2. Melayu di Langkat dan Deli (Sumatera Utara)
Melayu Langkat, terutama mendiami pesisir, tepian sungai Bingai, sungai Wampu, sungai Batang Serangan, sungai Besitang, dan lain-lain di kabupaten Langkat dan kota Binjai, Sumatera Utara. Dulu mereka merupakan rakyat kesultanan Langkat yang berkedudukan di Tanjung Pura.
Melayu Deli, terutama mendiami pesisir, tepian sungai Deli, dan sungai lainnya di kabupaten Deli Serdang dan kota Medan, Sumatera Utara. Dulu mereka merupakan rakyat kesultanan Deli yang berkedudukan di Medan.
Mereka berbahasa Melayu dialek Langkat dan Deli yang berakhiran "e pepet" (Ape Upin Ipin), namun juga ada yang berakhiran "a" (Apa).
3. Melayu di Serdang Bedagai, Batu Bara, Asahan, Labuhanbatu Utara, Labuhanbatu, dan Labuhanbatu Selatan (Sumatera Utara)
Melayu Serdang, terutama mendiami pesisir dan tepian sungai di kabupaten Serdang Bedagai dan kota Tebing Tinggi, Sumatera Utara. Dulu mereka merupakan rakyat kesultanan Serdang yang berkedudukan di Perbaungan.
Melayu Batu Bara, terutama mendiami pesisir dan tepian sungai di kabupaten Batu Bara.
Suku Melayu di Sumatera
Suku Melayu di Sumatera beradat Patrilineal (menarik garis keturunan dari ayah) atau Parental (menarik garis keturunan dari ayah/ibu). Mereka terutama mendiami pesisir timur Sumatera, tepian sungai-sungai besar yang bermuara ke pesisir timur Sumatera (bagian hilir hingga muara), kepulauan lepas pantai timur Sumatera juga beberapa kawasan pantai barat Sumatera. Rumpun Melayu beradat Matrilineal (menarik garis keturunan dari ibu) mendiami dataran tinggi Sumatera bagian tengah, pesisir barat Sumatera bagian tengah, juga tepian sungai-sungai besar di Sumatera bagian tengah yang bermuara ke pesisir timur Sumatera (tidak sampai ke muara).
Masyarakat Melayu dan serumpun Melayu yang beradat Patrilineal atau Parental yaitu masyarakat Melayu di pesisir timur Sumatera (Melayu Temiang, Melayu di pesisir timur Sumatera Utara, Melayu di pesisir dan kepulauan Riau, Melayu di pesisir provinsi Jambi), Aneuk Jamee, Pasisi, Melayu Jambi, Melayu di Sumatera bagian Selatan, Melayu Bangka, Melayu Belitung, Lembak, Kaur, Pekal.
Masyarakat serumpun Melayu yang beradat Matrilineal yaitu masyarakat Minangkabau, Kerinci, Batin, dan Penghulu.
Diantara suku-suku rumpun Melayu yang Matrilinenal, hanya suku Minangkabau yang terbagi kedalam klan/marga (bahasa Minang : suku). Klan-klan ini diturunkan melalui garis ibu. Ibu dari klan Piliang, maka seluruh anak-anaknya berklan Piliang. Terdapat banyak klan dalam masyarakat Minangkabau, diantaranya : Koto, Piliang, Bodi, Caniago, Sikumbang, Jambak, Malayu/Molayu/Mulayu, Mandailiang/Mandailiong/Moniliang/Muniliang, Pitopang/Patopang/Patapang/Putopang, Guci, Kuti, Bonuo, Ampu, Kandang Kopuah/Kanang Kopoh/Kandang Kopuoh, Maih, Pungkuik, Soborang, Bendang, Kampai, Panai, Tanjuang, Panyalai, Domo, Caromin, Payobada/Piabada/Pibodegh, dan lain-lain. Suku Penghulu, Kerinci, dan Batin, walau juga matrilineal, tetapi mereka tidak memiliki klan seperti Minangkabau.
Melayu di pesisir timur Sumatera
Yaitu masyarakat Melayu yang mendiami sepanjang pesisir timur pulau Sumatera, dimulai dari kabupaten Aceh Tamiang di utara hingga kabupaten Tanjung Jabung Timur. Dari tepian sungai-sungai besar yang bermuara ke pantai timur Sumatera (bagian hilir sampai muara) hingga kepulauan lepas pantai timur Sumatera. Suku Melayu di pesisir timur Sumatera ini terdiri dari Melayu Temiang, Melayu di pesisir timur Sumatera Utara (Melayu di Langkat, Deli Serdang, Serdang Bedagai, Batu Bara, Asahan, Labuhanbatu Utara, Labuhanbatu, dan Labuhanbatu Selatan), Melayu di pesisir dan kepulauan Riau (Melayu di pesisir Rokan Hilir, Dumai, Bengkalis, Siak, kepulauan Meranti, Pelalawan, Indragiri Hulu dan Hilir, Karimun, Lingga, Batam, Bintan, Anambas dan Natuna, dan pulau-pulau lain di sekitarnya), Melayu di pesisir provinsi Jambi, dan Melayu Belitung. Berdasarkan klasifikasi ethnologue, bahasa yang dituturkan masyarakat Melayu di pesisir timur Sumatera dianggap masih satu bahasa yaitu bahasa Melayu dengan kode bahasa zlm.
1. Melayu Temiang (provinsi Aceh)
Terutama mendiami pesisir dan tepian sungai di kabupaten Aceh Tamiang, Aceh. Mereka berbahasa Melayu dialek Temiang hulu berakhiran "o" (Apo) dan Temiang hilir berakhiran "e pepet" (Ape Upin Ipin).
2. Melayu di Langkat dan Deli (Sumatera Utara)
Melayu Langkat, terutama mendiami pesisir, tepian sungai Bingai, sungai Wampu, sungai Batang Serangan, sungai Besitang, dan lain-lain di kabupaten Langkat dan kota Binjai, Sumatera Utara. Dulu mereka merupakan rakyat kesultanan Langkat yang berkedudukan di Tanjung Pura.
Melayu Deli, terutama mendiami pesisir, tepian sungai Deli, dan sungai lainnya di kabupaten Deli Serdang dan kota Medan, Sumatera Utara. Dulu mereka merupakan rakyat kesultanan Deli yang berkedudukan di Medan.
Mereka berbahasa Melayu dialek Langkat dan Deli yang berakhiran "e pepet" (Ape Upin Ipin), namun juga ada yang berakhiran "a" (Apa).
3. Melayu di Serdang Bedagai, Batu Bara, Asahan, Labuhanbatu Utara, Labuhanbatu, dan Labuhanbatu Selatan (Sumatera Utara)
Melayu Serdang, terutama mendiami pesisir dan tepian sungai di kabupaten Serdang Bedagai dan kota Tebing Tinggi, Sumatera Utara. Dulu mereka merupakan rakyat kesultanan Serdang yang berkedudukan di Perbaungan.
Melayu Batu Bara, terutama mendiami pesisir dan tepian sungai di kabupaten Batu Bara.
Melayu Asahan, terutama mendiami pesisir, tepian sungai Asahan bagian hilir dan sungai Silau bagian hilir di kabupaten Asahan dan kota Tanjung Balai, Sumatera Utara. Dulu mereka merupakan rakyat kesultanan Asahan yang berkedudukan di Tanjung Balai.
Melayu di Labuhanbatu Utara, terutama mendiami tepian sungai Kualuh bagian hilir hingga muaranya di kabupaten Labuhan Batu Utara, Sumatera Utara. Mereka juga dikenal sebagai masyarakat Melayu Kualuh dan dulunya merupakan rakyat kesultanan Kualuh yang berkedudukan di Tanjung Pasir.
Melayu di Labuhanbatu, terutama mendiami tepian sungai Bilah bagian hilir hingga muaranya (dikenal sebagai orang Melayu Bilah) dan tepian sungai Panai (sungai Barumun bagian hilir) hingga muaranya serta pesisir kabupaten Labuhanbatu, Sumatera Utara (mereka dikenal sebagai orang Melayu Panai). Dulu mereka merupakan rakyat kesultanan Bilah yang berkedudukan di Negeri Lama dan kesultanan Panai yang berkedudukan di Labuhan Bilik.
Melayu di Labuhanbatu Selatan atau dikenal sebagai orang Melayu Kota Pinang, terutama mendiami tepian sungai Barumun bagian tengah di kabupaten Labuhanbatu Selatan, Sumatera Utara. Dulu mereka merupakan rakyat kesultanan Kota Pinang yang berkedudukan di Kota Pinang.
Mereka semua berbahasa Melayu dengan ciri berakhiran "o" (Apo), namun juga ada yang berakhiran "a" (Apa).
4. Melayu di Rokan Hilir (Riau)
Melayu di Rokan Hilir, terutama mendiami pesisir dan tepian sungai di kabupaten Rokan Hilir, Riau. Dulu mereka merupakan rakyat kesultanan Siak. Melayu Rokan Hilir terbagi kedalam tiga negeri asal mereka yaitu Kubu di pesisir dan tepian sungai Kubu. Bangko di pesisir, tepian sungai Bangko dan hilir hingga muara sungai Rokan serta sungai lainnya. Tanah Putih di tepian hilir sungai Rokan sebelum Bangko.
5. Melayu di Dumai, Bengkalis, Siak, kepulauan Meranti, dan Pelalawan (Riau)
terutama mendiami pesisir, tepian sungai, dan pulau-pulau di lepas pantai daratan Riau dalam kabupaten Bengkalis, lalu di tepian sungai Siak dari kota Pekan Baru hingga muaranya, dan tepian sungai lainnya serta di pesisir kabupaten Siak hingga kepulauan Meranti (pulau Merbau, Rangsang, Tebing Tinggi, dan sekitarnya) di lepas pantai kabupaten Siak, serta di tepian sungai Kampar dalam kabupaten Pelalawan. Masyarakat Melayu Dumai, Bengkalis, Siak, dan kepulauan Meranti dulu merupakan rakyat kesultanan Siak, sedangkan masyarakat Melayu tepian sungai Kampar (Pelalawan) dulunya merupakan rakyat kesultanan Pelalawan. Mereka berbahasa Melayu berakhiran "o" (Apo), namun juga ada yang berakhiran "e pepet" (Ape Upin Ipin) di sebagian Bengkalis dan sebagian Meranti).
Melayu pesisir Pelalawan, terutama mendiami kuala sungai Kampar, pesisir serta pulau-pulau di sekitarnya di kabupaten Pelalawan, Riau. Dulu mereka juga merupakan rakyat kesultanan Pelalawan yang berkedudukan di Pangkalan Kerinci. Dialek Melayu di pesisir Pelalawan dan pulau-pulau disekitarnya sama dengan dialek Melayu dari kepulauan Riau yang berakhiran "e pepet" (Ape Upin Ipin).
6. Melayu Indragiri (Riau)
Terutama mendiami tepian sungai Indragiri hingga muaranya dan sungai-sungai lainnya serta di pesisir, meliputi kabupaten Indragiri Hulu dan Indragiri Hilir, Riau. Dulu mereka merupakan rakyat kesultanan Indragiri yang berkedudukan di Rengat. Mereka berbahasa Melayu berakhiran "e pepet" (Ape Upin Ipin), juga ada yang berakhiran "o", di bagian selatan Indragiri Hilir.
7. Melayu Riau di provinsi kepulauan Riau
Mendiami kepulauan Karimun, kepulauan Batam, kepulauan Bintan, kepulauan Lingga, serta kepulauan Anambas dan Natuna. Dulu mereka merupakan rakyat kesultanan Riau-Lingga yang berkedudukan di Daik, Lingga. Mereka berbahasa Melayu berakhiran "e pepet" (Ape Upin Ipin).
8. Melayu di Pesisir Jambi atau dikenal sebagai orang Melayu Timur
Mereka mendiami pesisir kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Tanjung Jabung Timur, provinsi Jambi. Mereka juga mendiami pesisir Indragiri Hilir, Riau. Mereka berbahasa Melayu berakhiran "e pepet" (Ape Upin Ipin).
6. Melayu Belitung
Mereka mendiami pulau Belitung provinsi Bangka Belitung. Mereka berbahasa Melayu berakhiran "e pepet" (Ape Upin Ipin).
Komentar
Posting Komentar